Jumat, 21 Oktober 2011

Semua milik ALLAH

Setelah kita merenungkan tentang perkenalan dengan diri sendiri (mengenal diri), kemudian merenungkan tentang alam dunia (mengenal dunia), maka pikiran dan perasaan kita akan menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang berada di dunia ini hanyalah milik ALLAH semata, diatur dan diurus oleh ALLAH " ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYUUM, LAATA HUDUHUSSYINATUWWALA NAUM LAHUU MAFISSAMAAWAATI WAMAA FILARDHI............... (Ayat Al-Krsyi) ". Badan kita dengan segenap gerak kehidupan organ tubuh, adalah milik ALLAH dan diatur diurus oleh ALLAH, sebab kita sadari tidak pernah mengurus, mengatur detak jantung, jalan darah, gerak napas, kerja limpa, ginjal, usus, dll dalam tubuh kita sendiri, apalagi segala sesuatu yang berada diluar dirinya sendiri. Sehat dan sakit atas tubuh kita datang silih berganti, tanfa kita sadari, tanfa kita kehendaki sedikitpun. Nabi Yunus a.s sesaat merenung di dalam perut ikan yang menelannya, sebelum tidak sadarkan diri atas kejadian yang menimpa dirinya, kemudian berdoa terus menerus sebagai kristalisasi pikiran dan perasaan dengan mengucapkan " LAAILAAHA ILLA ANTA SUBHAANAKA INNI KUNTU MINADZDZAALIMIIN. ( Tidak ada tuhan selain ANTA (ALLAH), Mahasuci ALLAH, akulah yang menjalimi diri sendiri.). Datangnya musibah, penyakit dan kejadian-kejadian pada diri sendiri itu itu akibat dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan bersikap dan bertindak pada diri sendiri, menjalimi diri sendiri (Inni kuntu minadzdzalimin), tidak sedikitpun ALLAH menyiksaku, menyengsarakanku (Maha Suci ALLAH). Karena dirinya menyadari atas dosa, kesalahannya, dan tetap mensucikan ALLAH, maka ALLAH selamatkan nabi Yunus a.s.  Sadarlah bahwa datangnya suatu penyakit pada badan sendiri, itu akibat kesalahan-kesalah kita pada badan diri kita sendiri. Mungkin makan salah, atau salah makan, mungkin salah gerak, mungkin salah napas, tidak atau kurang tidur, salah menyikapi iklim, salah menyikapi suhu tubuh dan suhu udara sekitar, atau mungkin salah berpikir dan merasa sehingga hidup penuh kesal gelisah dan gundah dll. Akuilah kebodohan, ketidak sadaran, dan ketidak mampuan kita. Beristigfarlah terus menerus, sucikanlah ALLAH terus menerus. Muhammad s.a.w saja sebagai nabi dan rasul, yang dimaksum ALLAH SWT, sehari semalam tidak kurang 100 kali beristigfar. Apalagi kita manusia biasa yang penuh nista dan dosa............
 
Perasaan memiliki sesuatu (rasa memiliki) dihadapan antara sesama manusia kita akui bahwa itu milik kita, sebab dibatasi oleh kewenangan penggunaan, pemanfaatan barang tersebut dan memerlukan pengakuan orang lain. Tidak sedikit barang yang dikatakan milik seseorang tapi tidak diakui oleh orang lain karena tidak diakui kesahan dan kehalalannya dalam mendapatkan barang tersebut, menjadi barang yang dikatakan orang lain bukan miliknya. Seperti barang yang diakui miliknya namun hasil dari mencuri, menipu, atau korupsi, itu berarti tidak ada kewenangan diri untuk menggunakan dan memanfaatkannya. Untuk barang-barang yang diakui milik bersama, perasaan milik bersamalah yang perlu dikembangkan, tidak boleh ada perasaan milik pribadi. Karena milik bersama maka secara pribadi tidak boleh, dan tidak berwewenang memanfaatkan dan menggunakannya, apalagi mengambil bagian untuk dikuasai dan di manfaatkan sendiri, itu akan menimbulkan kerusakan dan kehancuran tatanan kepemilikan bersama. Untuk barang milik bersama sebaiknya jangan menumbuhkan rasa memiliki, sebab kecenderungan rasa memiliki selalu bersifat pribadi. Itulah sebabnya pada saat krisis ekonomi dan moral, barang bersama yang diakui milik bersama akan bebas diambil, dibawa pulang menjadi milik sendiri, karena merasa menjadi bagian dari pemilikan barang.  Ancurlah barang bersama dengan dasar rasa memiliki. Sebaiknya barang bersama itu menjadi amanah bersama, tidak berdasar rasa milik bersama. Secara pribadi atau bersama-sama memiliki rasa diamanati untuk menjaga, memelihara dan memanfaatkan untuk kepentingan bersama. Barang bersama adalah barang amanat.

Rasa memiliki adalah perasaan yang tertanam dalam hati bahwa sesuatu itu miliknya, tidak boleh pindah, tidak boleh rusak, tidak boleh binasa, hilang atau jadi tiada. Dunia beserta isinya bersifat sementara, fana, rusak dan binasa. materi apapun yang kita miliki akan rusak, hilang menjadi tiada. Oleh karena itu barang yang kita miliki janganlah ditanam dalam hati dengan segala kecintaan dan kesukaan pada barang tersebut, sebab jika barang tersebut, rusak, hilang, ancur, atau hilang dicuri orang, hati akan terasa sakit tercerabut barang tersebut...tersiksalah hati. Jika punya barang baru, katakanlah pada hati dan pikiran, barang ini besok lusa atau nanti pasti bakal rusak jadi tiada, jadi tidak berguna. Dalam pikiran dihadapan sesama manusia bisa dikatakan barang tersebut milik kita, namun hati dengan segala keyakinan dan perasaannya lurus hadapkan hanya kepada ALLAH SWT, jangankan barang yang berada diluar badan, tubuh kita, hidup dan mati kita adalah hanya milik ALLAH semata, sehingga setiap perubahan pada tubuh menjadi lemah, buruk, tua dan keriput, perubahan pada barang jadi rusak, ancur atau hilang, bakal diarasa hati biasa-biasa saja karena memang itu fitrahnya. Bebaskan hati dan pikiran dari kerusakan, kefanaan, keadaan, atau ketidak adaan barang dari diri kita, karena itu hanya milik ALLAH semata. Bila sesuatu barang yang sudah dianggap milik kita rusak, hilang atau jadi tiada, ikhlaskanlah hati kita, beli saja dengan yang baru itu bakal lebih menggembirakan...........

1 komentar:

  1. kalau meyakini semua hal adalah milik Allah, datang dari allah dan kembali pada Allah, alangkah tenangnya jiwa kita.... good article pak... ^^

    BalasHapus