Sabtu, 22 Oktober 2011

Bertengger di ranting syurga.

Di bahuku yang sudah rapuh ini bertenggeran seribu desah napas, berguruh bercampur debar sejuta harap yang menyesakkan langkah.

Ketika mata yang biasa berlapis kaca menatap mereka, gelombang darah-darah menerjang dada dengan amarah. Aku hanya bisa pasrah terseret bah, dan tidak mampu membendung, membedah atau memberi arah.

Semakin mata menatap, memberi atau meminta harap, semakin hebat melilit dan menghimpit.

Aku diombang-ambing gelombang keinginan akan semerbak parfum kecantikan, dan pening dililit pengaruh gemerlap kota, sedang aku hanyalah laksana pengemis jalanan, tidak berdaya, duduk diam kebingungan.

Aku memekik, menjerit ke langit meminta tangan malaikat diulurkan, supaya aku bisa berpegangangan dan naik meniti ketenangan, namun tak kunjung datang.

Aku pasrah menyerah, melepas segala tenaga, seperti lepasnya kaus kaki tergeletak dekat lemari. Aku memejam mata siap untuk berfana memotong leher-leher dunia, melepas segala ikatan dan tuntutan............. aku lepas landas.

Terbang meninggalkan duka, lara, dan nestapa.............. bertengger di sepotong ranting syurga, bernyanyi dengan puja-puji dan doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar